Ibu Ini Ikuti Tren Makan Plasenta Usai Melahirkan, Ini Akibatnya

On Juli 03, 2017 with No comments


Plasenta yang diubah menjadi bubuk dalam kapsul.

Bayi ini lahir dengan kondisi sehat dan tanpa komplikasi pada September, namun tak berapa lama kesehatannya memburuk. Dokter menduga ia mengalami gangguan pernapasan, ia pun dipindahkan ke ruang perawatan intensif neonatal dan memulai serangkaian tes.
Menurut laporan yang dikeluarkan pekan ini oleh Centers for Disease Control and Prevention (CDC), tes tersebut menunjukkan adanya infeksi darah yang mematikan, yang dikenal sebagai bakteremia B Streptococcus agalactiae (GBS). Diusia ke 11 hari, bayi itu diobati dengan antibiotik.
Tapi, setelah kembali ke rumah, bayi tersebut terjangkit infeksi GBS kedua dan dilarikan ke rumah sakit yang lain. Di sanalah dokter menemukan penyebab infeksi reoccurring yakni plasenta ibunya sendiri.
Sang ibu, yang identitasnya dirahasikan, telah mengikuti tren memakan plasenta seperti yang dilakukan oleh beberapa kalangan selebritis di Amerika. Plasenta, organ tubuh yang melekat pada tali pusat bayi diyakini dapat membantu mengurangi nyeri usai melahirkan. Meski belum ada penelitian terkait hal itu, namun tren memakan plasenta baik dikonsumsi mentah, dimasak, dikeringkan atau diubah menjadi bubuk dalam kapsul, sudah menjadi tren yang diikuti oleh beberapa ibu pascamelahirkan.
Nah, sang ibu ini pun mengonsumsi plasenta dalam bentuk kapsul. Saat ia menyusui bayinya, ia memindahkan infeksi dari ibu ke anak.
"Tiga hari setelah kelahiran bayi, ibu tersebut menerima plasenta yang mengalami dehidrasi dan dienkapsulasi dan mulai menelan dua kapsul tiga kali sehari," kata CDC dalam laporannya, seperti dilansir The Washington Post, Sabtu (1/7/2017).
Dokter menginstruksikan ibu untuk berhenti mengkonsumsi kapsul. Begitu menghentikan mengonsumsi plasenta dalam bentuk kapsul dan anaknya diberi antibiotik baru, maka anaknya pun sembuh.
Mengonsumsi plasenta setelah melahirkan telah menjadi tren dalam beberapa tahun terakhir setelah dipromosikan oleh bloger dan selebriti seperti Januari Jones dan Kim Kardashian yang memuji praktik tersebut sebagai cara untuk menjaga depresi pascamelahirkan.
Mereka juga mengklaim, dengan mengonsumsi plasenta dapat meningkatkan produksi ASI, meningkatkan mood dan energi serta menawarkan tambahan gizi. Namun, tidak ada bukti nyata untuk mendukung dugaan manfaat tersebut. Bahkan penelitian mengenai potensi risiko mengonsumsi plasenta manusia masih terus berkembang.
Salah satu risiko yang dihadapi ibu, menurut CDC, adalah tidak ada standar untuk memproses plasenta untuk konsumsi di luar pemanasan jaringan pada 130°F (54°C) selama 121 menit untuk mengurangi jumlah bakteri Salmonella.
"Proses enkapsulasi plasenta tidak memperbanyak patogen infeksi. Dengan demikian, konsumsi kapsul plasenta harus dihindari. Dokter harus menanyakan tentang riwayat konsumsi plasenta dalam kasus infeksi GBS yang terlambat terjadi dan mendidik para ibu yang tertarik pada enkapsulasi plasenta tentang potensi risiko," ujar CDC.

Silahkan Lihat Videonya Di bawah:

loading...
loading...
Next
« Prev Post
Previous
Next Post »